MENJELANG TAHAJUD
Peneka terbit luruh ditilam bantal
Telah kau semediakan kesadaran
terselimut separuh kematian
Lantas terkelana menembus alam
semesta
Hingga loncat dari suatu bintang ke
bintang berikutnya,
Menyelam samudra sembari terkadang memercikan
kesunyian
Di
atas awan kau pandang semesta
Terkadang
pelupuk matamu berbinar sekaligus meneteskan air mata
Terkadang
pula kulum manismu menyeret kesadaran
Untuk
tiba-tiba tertawa an marah seketika.
Malam kau coba menjadi udara
Mengembara dari ruang ke ruang
lainnya
Merajut nestapa dan suka
Istana cintanya bertonggakan do’a
Yang kau patri di setiap butiran
gelap
Hingga batas ujung : Tahajud !!!
Tiba-tiba kau telah berdiri
Di atas kilatan tajamnya pedang
kehidupan
Dan simpuh ketakutan adalah wujud
kesirnaan Mu.
Sampai air mata adalah diri-mu yang
sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar